Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Sony Memperkenalkan Jajaran Kamera Pemula DSLR
 
 
Didesain sesuai dengan kemampuan pengguna DSLR pemula, jajaran kamera baru memiliki kegunaan yang lebih dengan kualitas gambar yang

(Indonesia, 4 Juni 2009) – Sony Indonesia mempersembahkan tiga kamera  untuk pemula, 230, 330 and 380, yang memiliki kegunaan lebih banyak bagi pemula DSLR. Kamera  terbaru menawarkan Graphic User Interface (GUI) terbaru, ringan dengan desain yang gaya, dan kemampuan fitur yang tinggi, memungkinkan pengguna untuk memahami fungsi kamera DSLR secara alami dan memotret tanpa kesulitan. Kedua model 330 dan 380 dilengkapi dengan teknologi Quick AF Live View milik Sony dan easy Live View operation.

Dengan berat sekitar 450 g, 230 adalah salah satu kamera DSLR paling ringan yang dilengkapi dengan built-in image stabilisation system (SteadyShot INSIDE)[1].

“Kamera DSLR terbaru untuk pemula ini adalah bukti komitmen dari Sony dalam menawarkan salah satu solusi imaging terbaik untuk konsumen,” ujar Mr. Kazuo Sawachi, General Manager, Marketing Department Head, PT Sony Indonesia.

“Dengan tampilan yang mudah digunakan dan compact, bentuk desain yang ergonomis, Sony telah menurunkan kesulitan untuk menggunakan kamera DSLR, sehingga semakin banyak konsumen yang mendapatkan manfaat dari fungsi DSLR dan dapat menghasilkan jepretan yang sempurna”.

Simpel , tampilan yang mudah digunakan

Graphic Display feature available on the 230, 330 and 380

Menampilkan berbagai opsi warna Graphic Display, kamera  terbaru memungkinkan pemula untuk menggunakan kamera dari mulai menu, fungsi, setting dan membantu mereka untuk mengetahui betapa mudahnya menggunakan sebuah DSLR. Pengguna dapat dengan mudah memillih tiga shooting display modes: Graphic, Standard dan None. Pada setting awal, opsi display baru ini memungkinkan pengguna awal DSLR untuk menggunakan diafragma dan shutter speed, dan memahami efek dari kedua hal tersebut pada hasil foto melalui ikon dan skala yang berbeda-beda.

 
Each of the 6 Scene Selection modes has its own Help Guide and a sample photo. 4 background color options (white, pink, brown, or black) for the interface are also available.

Sama halnya, Help Guide pada layar tersedia dalam beberapa bahasa dan juga penjelasan singkat dengan tip memotret dan contoh foto untuk membantu pengguna DSLR yang baru agar bisa memanfaatkan kamera dengan sepenuhnya. Untuk seleksi scene yang tidak merepotkan, tombol mode yang terletak pada bagian atas kamera membantu menyediakan akses instan ke 6 Scene Selection mode. Sebuah pesan peringatan dengan ikon akan muncul jika pengguna mengaplikasikan setting yang salah. Jumlah tombol kontrol pun diperkecil dari 19 ke 13 dan 7 untuk kontrol yang sering digunakan, serta diletakkan pada sisi kanan kamera untuk memudahkan proses penggunaan dengan satu tangan.


SteadyShot INSIDE, Quick AF Live View, 14.2-megapixel CCD
 
Variable-angle LCD screen available on the 330 and 380


Baik 380 dan 330 dilengkapi dengan Quick AF Live View, fitur eksklusif yang menguntungkan pengguna baik dari penggunaan kecepatan dan akurasi dari deteksi autofocus saat menggunakan layar LCD ketika membidik subyek mereka. LCD Clear Photo dengan variable-angle berlayar 2.7 inci ini juga memungkinkan gerakan yang lebih untuk monitor. Kini layar dapat diturunkan 55º dan dinaikkan hingga 135º, memudahkan pengguna saat akan memotret. Fungsi Auto Brightness Control juga meningkatkan kualitas gambar dari model kamera sebelumnya dengan memonitor level lampu di sekitar dan secara otomatis menaikkan tingkat kecerahan LCD monitor. Selanjutnya, ketiga kamera juga memiliki fungsi Eye-Start eksklusif yang secara otomatis mengaktifkan autofocus pada saat pengguna membidik lewat viewfinder. 

Menambahkan performa tinggi yang ada pada fitur kamera ini,  380 juga dilengkapi dengan 14.2 megapiksel CCD image sensor, sedangkan baik 330 dan 230 dilengkapi 10.2 megapiksel CCD image sensor. APS-C tipe sensor CCD yang cukup besar ini membantu mengangkat cahaya dan memungkinkan pengguna untuk merekam gambar yang memukau dalam resolusi tinggi dan kaya dalam gradasi warna. Dengan kecepatan tinggi BIONZ™ image processing engine, pengguna dipastikan akan menangkap gambar dengan tingkat noise yang rendah, kualitas tinggi dan resolusi tinggi.

HDMI, BRAVIA Sync, Duo Slot Media
Berbagi foto hasil DSLR yang indah bersama teman dan keluarga adalah bukti dari mudahnya menggunakan kamera  terbaru, apalagi jajaran kamera seri ini diperuntukan untuk pengguna awal dan dilengkapi dengan output-output HDMI untuk display foto Full HD kualitas tinggi di TV HD. Ketiga kamera menampilkan foto TV HD yang memungkinkan playback dengan gambar Full HD, ketika disambungkan dengan TV Sony BRAVIA dalam mode foto. BRAVIA Sync compatibility juga semakin mempermudah pengguna, yang memungkinkan mereka untuk menggunakan remote TV LCD BRAVIA untuk mengontrol berbagai HDMI-yang berhubungan dengan peralatan Sony, termasuk  kamera . Kamera terbaru ini juga dilengkapi dengan slot kartu memori ganda. Slot Kartu Memori Ganda mendukung kapasitas besar media Memory Stick PRO Duo™ dan Memory Stick PRO-HG Duo™, termasuk kartu Memory Stick PRO-HG Duo HX terbaru, sehingga kompatibilitas tidak menjadi sebuah masalah. Tambahan slot SD (secure digital) juga SDHC. 

Lensa baru dan Aksesori
Dengan bangga Sony memperkenalkan lensa baru dan sistem aksesori termasuk empat lensa baru yang didesain untuk APS-C ukuran kamera DSLR; dengan ukuran compact DT 18-55mm F3.5-5.6 SAM lensa zoom standard dan DT 55-200mm F4-5.6 SAM lensa zoom telephoto, the big aperture DT 50mm F1.8 SAM fixed focal length lens yang cocok untuk penggunaan portrait dan life size macro-capable DT 30mm F2.8 Macro SAM. Keempat lensa disesuaikan menggunakan Smooth Autofocus Motor (SAM) baru untuk kecepatan dan autofocus yang lebih stabil. Unit HVL-F20AM external flash yang baru juga sangat mudah digunakan, ramping dan cukup gaya untuk terus dipasangkan permanen dengan kamera jika diinginkan.


Sony dan Lingkungan
Sony secara konsisten terus aktif dalam mengkaji operasional pabrik dan bisnis untuk memastikan seluruh produk diproduksi dalam lingkungan yang bisa dipertanggungjawabkan. Sebagai bagian dari kerja keras perusahaan untuk mendaur ulang bahan dasar yang bernilai dan menjaga kualitas kontrol yang baku, bagian luar kamera dibuat dari polycarbonate[2] berkualitas tinggi. Dengan menggunakan teknologi dan peralatan eksklusif yang dirancang oleh Sony, polycarbonate berkualitas tinggi ini diekstrak dari sampah CD dimana lapisan atasnya telah dilucuti dan dicampur dengan resin dan bahan tambahan lain, sebelumnya akhirnya diproduksi untuk menjadi bagian komponen eksternal dari kamera .

 Tersedianya kamera, lensa dan aksesoris di Indonesia 


Fitur Lain:

§         Sistem Center-cross 9-point AF yangsudah disempurnakan

§         Anti-dust protection
§         Evolved D-Range Optimizer dan auto white balance disesuaikan memanfaatkan teknologi turunan prodk terbaik 900
§         Versatile drive modes termasuk sebuah multi-shot self-timer baru yang mampu menjepret tiga (3) atau lima (5) frame setelah delay selama 10-detik, dan sebuah mode Remote Commander baru untuk pilihan Remote Commander RMT-DSLR1
§         Bundled perangkat lunak yang lebih menarik: PMB (Picture Motion Browser) untuk manajemen pustaka foto, Image Data Converter SR dan Image Data Lightbox SR
§     Sangat sesuai digunakan bersama lensa-lensa  dari Sony, Minolta dan Konica Minolta AF

[2] Polycarbonate berkualitas tinggi  dihasilkan  pada pembuatan CD di Sony Music Manufacturing Inc

[1] Per 18 Mei 2009, berdasarkan DSLR yang menggunakan APS-C atau full-frame sized sensors.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

7 OSI Layer

Model Jaringan 7 OSI Layer

Pengantar Model Open Systems Interconnection(OSI)
Model Open Systems Interconnection (OSI) diciptakan oleh International Organization for Standardization (ISO) yang menyediakan kerangka logika terstruktur bagaimana proses komunikasi data berinteraksi melalui jaringan. Standard ini dikembangkan untuk industri komputer agar komputer dapat berkomunikasi pada jaringan yang berbeda secara efisien.

Model Layer OSI
osigroupedlayers.gif
Terdapat 7 layer pada model OSI. Setiap layer bertanggungjawwab secara khusus pada proses komunikasi data. Misal, satu layer bertanggungjawab untuk membentuk koneksi antar perangkat, sementara layer lainnya bertanggungjawab untuk mengoreksi terjadinya “error” selama proses transfer data berlangsung.
Model Layer OSI dibagi dalam dua group: “upper layer” dan “lower layer”. “Upper layer” fokus pada applikasi pengguna dan bagaimana file direpresentasikan di komputer. Untuk Network Engineer, bagian utama yang menjadi perhatiannya adalah pada “lower layer”. Lower layer adalah intisari komunikasi data melalui jaringan aktual.
“Open” dalam OSI
open.gif“Open” dalam OSI adalah untuk menyatakan model jaringan yang melakukan interkoneksi tanpa memandang perangkat keras/ “hardware” yang digunakan, sepanjang software komunikasi sesuai dengan standard. Hal ini secara tidak langsung menimbulkan “modularity” (dapat dibongkar pasang).
Modularity
“Modularity” mengacu pada pertukaran protokol di level tertentu tanpa mempengaruhi atau merusak hubungan atau fungsi dari level lainnya.
Dalam sebuah layer, protokol saling dipertukarkan, dan memungkinkan komunikasi terus berlangsung. Pertukaran ini berlangsung didasarkan pada perangkat keras “hardware” dari vendor yang berbeda dan bermacam-macam alasan atau keinginan yang berbeda.
Modularity
modularity_1.gif
Seperti contoh Jasa Antar/Kurir. “Modularity” pada level transportasi menyatakan bahwa tidak penting, bagaimana cara paket sampai ke pesawat.
modularity_2.gif
Paket untuk sampai di pesawat, dapat dikirim melalui truk atau kapal. Masing-masing cara tersebut, pengirim tetap mengirimkan dan berharap paket tersebut sampai di Toronto. Pesawat terbang membawa paket ke Toronto tanpa memperhatikan bagaimana paket tersebut sampai di pesawat itu.
7 Layer OSI
Model OSI terdiri dari 7 layer :
  • Application
  • Presentation
  • Session
  • Transport
  • Network
  • Data Link
  • Physical
Apa yang dilakukan oleh 7 layer OSI ?
osilayer.gif
Ketika data ditransfer melalui jaringan, sebelumnya data tersebut harus melewati ke-tujuh layer dari satu terminal, mulai dari layer aplikasi sampai physical layer, kemudian di sisi penerima, data tersebut melewati layer physical sampai aplikasi. Pada saat data melewati satu layer dari sisi pengirim, maka akan ditambahkan satu “header” sedangkan pada sisi penerima “header” dicopot sesuai dengan layernya.
Model OSI
Tujuan utama penggunaan model OSI adalah untuk membantu desainer jaringan memahami fungsi dari tiap-tiap layer yang berhubungan dengan aliran komunikasi data. Termasuk jenis-jenis protoklol jaringan dan metode transmisi.
Model dibagi menjadi 7 layer, dengan karakteristik dan fungsinya masing-masing. Tiap layer harus dapat berkomunikasi dengan layer di atasnya maupun dibawahnya secara langsung melalui serentetan protokol dan standard.
Model OSI
Keterangan
osilayers_1.gif
Application Layer: Menyediakan jasa untuk aplikasi pengguna. Layer ini bertanggungjawab atas pertukaran informasi antara program komputer, seperti program e-mail, dan service lain yang jalan di jaringan, seperti server printer atau aplikasi komputer lainnya.
osilayers_2.gif
Presentation Layer: Bertanggung jawab bagaimana data dikonversi dan diformat untuk transfer data. Contoh konversi format text ASCII untuk dokumen, .gif dan JPG untuk gambar. Layer ini membentuk kode konversi, translasi data, enkripsi dan konversi.
osilayers_3.gif
Session Layer: Menentukan bagaimana dua terminal menjaga, memelihara dan mengatur koneksi,- bagaimana mereka saling berhubungan satu sama lain. Koneksi di layer ini disebut “session”.
osilayers_4.gif
Transport Layer: Bertanggung jawab membagi data menjadi segmen, menjaga koneksi logika “end-to-end” antar terminal, dan menyediakan penanganan error (error handling).
osilayers_5.gif
Network Layer: Bertanggung jawab menentukan alamat jaringan, menentukan rute yang harus diambil selama perjalanan, dan menjaga antrian trafik di jaringan. Data pada layer ini berbentuk paket.
osilayers_6.gif
Data Link Layer: Menyediakan link untuk data, memaketkannya menjadi frame yang berhubungan dengan “hardware” kemudian diangkut melalui media. komunikasinya dengan kartu jaringan, mengatur komunikasi layer physical antara sistem koneksi dan penanganan error.
osilayers_7.gif
Physical Layer: Bertanggung jawab atas proses data menjadi bit dan mentransfernya melalui media, seperti kabel, dan menjaga koneksi fisik antar sistem.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

IP V4

Internet Protocol version 4 (IPv4) is the fourth revision in the development of the Internet Protocol (IP) and the first version of the protocol to be widely deployed. Together with IPv6, it is at the core of standards-based internetworking methods of the Internet. IPv4 is still by far the most widely deployed Internet Layer protocol (As of 2011, IPv6 deployment is still in its infancy).
IPv4 is described in IETF publication RFC 791 (September 1981), replacing an earlier definition (RFC 760, January 1980).
IPv4 is a connectionless protocol for use on packet-switched Link Layer networks (e.g., Ethernet). It operates on a best effort delivery model, in that it does not guarantee delivery, nor does it assure proper sequencing or avoidance of duplicate delivery. These aspects, including data integrity, are addressed by an upper layer transport protocol , such as the Transmission Control Protocol (TCP).

Contents

 [hide

[edit] Addressing

IPv4 uses 32-bit (four-byte) addresses, which limits the address space to 4294967296 (232) addresses. However, some address blocks are reserved for special purposes such as private networks (~18 million addresses) and multicast addresses (~270 million addresses). This reduces the number of addresses that may be allocated for routing on the public Internet. As addresses are assigned to end users, an IPv4 address shortage has been developing. Network addressing changes by classful network design, Classless Inter-Domain Routing, and network address translation (NAT) have contributed to delay significantly the inevitable exhaustion which occurred on February 3, 2011 when IANA allocated the last five blocks to the five regional Internet registries (RIRs).
This limitation stimulated the development of IPv6 in the 1990s, which has been in commercial deployment since 2006.

[edit] Address representations

IPv4 addresses may be written in any notation expressing a 32-bit integer value, but for human convenience, they are most often written in dot-decimal notation, which consists of four octets of the address expressed individually in decimal and separated by periods.
The following table shows several representation formats:
Notation Value Conversion from dot-decimal
Dot-decimal notation 192.0.2.235 N/A
Dotted Hexadecimal[1] 0xC0.0x00.0x02.0xEB Each octet is individually converted to hexadecimal form
Dotted Octal[1] 0300.0000.0002.0353 Each octet is individually converted into octal
Hexadecimal 0xC00002EB Concatenation of the octets from the dotted hexadecimal
Decimal 3221226219 The 32-bit number expressed in decimal
Octal 030000001353 The 32-bit number expressed in octal

[edit] Allocation

Originally, an IP address was divided into two parts, the network identifier represented in the most significant (highest order) octet of the address and the host identifier using the rest of the address. The latter was therefore also called the rest field. This enabled the creation of a maximum of 256 networks. This was quickly found to be inadequate.
To overcome this limit, the high order octet of the addresses was redefined to create a set of classes of networks, in a system which later became known as classful networking. The system defined five classes, Class A, B, C, D, and E. The Classes A, B, and C had different bit lengths for the new network identification. The rest of an address was used as previously to identify a host within a network, which meant that each network class had a different capacity to address hosts. Class D was allocated for multicast addressing and Class E was reserved for future applications.
Starting around 1985, methods were devised to allow IP networks to be subdivided. The concept of the variable-length subnet mask (VLSM) was introduced which allowed flexible subdivision into varying network sizes.[2][3]
Around 1993, this system of classes was officially replaced with Classless Inter-Domain Routing (CIDR), and the class-based scheme was dubbed classful, by contrast.
CIDR was designed to permit repartitioning of any address space so that smaller or larger blocks of addresses could be allocated to users. The hierarchical structure created by CIDR is managed by the Internet Assigned Numbers Authority (IANA) and the regional Internet registries (RIRs). Each RIR maintains a publicly-searchable WHOIS database that provides information about IP address assignments.

[edit] Special-use addresses

Reserved address blocks
CIDR address block Description Reference
0.0.0.0/8 Current network (only valid as source address) RFC 1700
10.0.0.0/8 Private network RFC 1918
127.0.0.0/8 Loopback RFC 5735
169.254.0.0/16 Link-Local RFC 3927
172.16.0.0/12 Private network RFC 1918
192.0.0.0/24 Reserved (IANA) RFC 5735
192.0.2.0/24 TEST-NET-1, Documentation and example code RFC 5735
192.88.99.0/24 IPv6 to IPv4 relay RFC 3068
192.168.0.0/16 Private network RFC 1918
198.18.0.0/15 Network benchmark tests RFC 2544
198.51.100.0/24 TEST-NET-2, Documentation and examples RFC 5737
203.0.113.0/24 TEST-NET-3, Documentation and examples RFC 5737
224.0.0.0/4 Multicasts (former Class D network) RFC 3171
240.0.0.0/4 Reserved (former Class E network) RFC 1700
255.255.255.255 Broadcast RFC 919

[edit] Private networks

Of the approximately four billion addresses allowed in IPv4, three ranges of address are reserved for use in private networks. These ranges are not routable outside of private networks and private machines cannot directly communicate with public networks. They can, however, do so through network address translation.
The following are the three ranges reserved for private networks (RFC 1918):
Name Address range Number of addresses Classful description Largest CIDR block
24-bit block 10.0.0.0–10.255.255.255 16777216 Single Class A 10.0.0.0/8
20-bit block 172.16.0.0–172.31.255.255 1048576 Contiguous range of 16 Class B blocks 172.16.0.0/12
16-bit block 192.168.0.0–192.168.255.255 65536 Contiguous range of 256 Class C blocks 192.168.0.0/16
[edit] Virtual private networks
Packets with a private destination address are ignored by all public routers. Therefore, it is not possible to communicate directly between two private networks (e.g., two branch offices) via the public Internet. This requires the use of IP tunnels or a virtual private network (VPN).
VPNs establish tunneling connections across the public network such that the endpoints of the tunnel function as routers for packets from the private network. In this routing function the host encapsulates packets in a protocol layer with packet headers acceptable in the public network so that they may be delivered to the opposing tunnel end point where the additional protocol layer is removed and the packet is delivered locally to its intended destination.
Optionally, encapsulated packets may be encrypted to secure the data while it travels over the public network.

[edit] Link-local addressing

RFC 5735 defines an address block, 169.254.0.0/16, for the special use in link-local addressing. These addresses are only valid on the link, such as a local network segment or point-to-point connection, that a host is connected to. These addresses are not routable and like private addresses cannot be the source or destination of packets traversing the Internet. Link-local addresses are primarily used for address autoconfiguration (Zeroconf) when a host cannot obtain an IP address from a DHCP server or other internal configuration methods.
When the address block was reserved, no standards existed for mechanisms of address autoconfiguration. Filling the void, Microsoft created an implementation called Automatic Private IP Addressing (APIPA). Due to Microsoft's market power, APIPA has been deployed on millions of machines and has, thus, become a de facto standard in the industry. Many years later, the IETF defined a formal standard for this functionality, RFC 3927, entitled Dynamic Configuration of IPv4 Link-Local Addresses.

[edit] Localhost

The address range 127.0.0.0–127.255.255.255 (127.0.0.0/8 in CIDR notation) is reserved for localhost communication. Addresses within this range should never appear outside a host computer and packets sent to this address are returned as incoming packets on the same virtual network device (known as loopback).

[edit] Addresses ending in 0 or 255

Networks with subnet masks of at least 24 bits, i.e. Class C networks in classful networking, and networks with CIDR prefixes /24 to /32 (255.255.255.0–255.255.255.255) may not have an address ending in 0 or 255.
Classful addressing prescribed only three possible subnet masks: Class A, 255.0.0.0 or /8; Class B, 255.255.0.0 or /16; and Class C, 255.255.255.0 or /24. For example, in the subnet 192.168.5.0/255.255.255.0 (192.168.5.0/24) the identifier 192.168.5.0 commonly is used to refer to the entire subnet. To avoid ambiguity in representation, the address ending in the octet 0 is reserved.
A broadcast address is an address that allows information to be sent to all interfaces in a given subnet, rather than a specific machine. Generally, the broadcast address is found by obtaining the bit complement of the subnet mask and performing a bitwise OR operation with the network identifier. In other words, the broadcast address is the last address in the address range of the subnet. For example, the broadcast address for the network 192.168.5.0 is 192.168.5.255. For networks of size /24 or larger, the broadcast address always ends in 255.
However, this does not mean that every address ending in 0 or 255 cannot be used as a host address. For example, in the case of a /16 subnet 192.168.0.0/255.255.0.0, equivalent to the address range 192.168.0.0–192.168.255.255, the broadcast address is 192.168.255.255. However, one may assign 192.168.1.255, 192.168.2.255, etc. 192.168.0.0 is the network identifier which should not be assigned to an interface,[4] but 192.168.1.0, 192.168.2.0, etc. may be assigned.
In the past, conflict between network addresses and broadcast addresses arose because some software used non-standard broadcast addresses with zeros instead of ones.[5]
In networks smaller than /24, broadcast addresses do not necessarily end with 255. For example, a CIDR subnet 203.0.113.16/28 has the broadcast address 203.0.113.31.

[edit] Address resolution

Hosts on the Internet are usually known by names, e.g., www.example.com, not primarily by their IP address, which is used for routing and network interface identification. The use of domain names requires translating, called resolving, them to addresses and vice versa. This is analogous to looking up a phone number in a phone book using the recipient's name.
The translation between addresses and domain names is performed by the Domain Name System (DNS), a hierarchical, distributed naming system which allows for subdelegation of name spaces to other DNS servers. DNS is often described in analogy to the telephone system directory information systems in which subscriber names are translated to telephone numbers.

[edit] Address space exhaustion

Since the 1980s it was apparent that the pool of available IPv4 addresses was depleted at a rate that was not initially anticipated in the original design of the network address system.[6] The apparent threat of exhaustion was the motivation for remedial technologies, such as the introduction of classful networks, the creation of Classless Inter-Domain Routing (CIDR) methods, and network address translation (NAT), and finally for the redesign of the Internet Protocol, based on a larger address format (IPv6).
Several market forces have driven the acceleration of IPv4 address exhaustion:
A variety of technologies introduced during the growth of the Internet have been applied to mitigate IPv4 address exhaustion and its effects, such as:
The primary address pool of the Internet, maintained by IANA, was exhausted on 3 February 2011 when the last 5 blocks were allocated to the 5 RIRs.[7][8] APNIC was the first RIR to exhaust its regional pool on 15 April 2011, except for a small amount of address space reserved for the transition to IPv6, which will be allocated under a much more restricted policy.[9]
The accepted and standardized solution is the migration to Internet Protocol Version 6. The address size was increased in IPv6 to 128 bits, providing a vastly increased address space that also allows improved route aggregation across the Internet and offers large subnetwork allocations of a minimum of 264 host addresses to end-users. Migration to IPv6 is in progress but completion is expected to take considerable time.

[edit] Packet structure

An IP packet consists of a header section and a data section.

[edit] Header

The IPv4 packet header consists of 14 fields, of which 13 are required. The 14th field is optional (red background in table) and aptly named: options. The fields in the header are packed with the most significant byte first (big endian), and for the diagram and discussion, the most significant bits are considered to come first (MSB 0 bit numbering). The most significant bit is numbered 0, so the version field is actually found in the four most significant bits of the first byte, for example.
bit offset 0–3 4–7 8–13 14-15 16–18 19–31
0 Version Header Length Differentiated Services Code Point Explicit Congestion Notification Total Length
32 Identification Flags Fragment Offset
64 Time to Live Protocol Header checksum
96 Source IP Address
128 Destination IP Address
160 Options ( if Header Length > 5 )
160
or
192+

Data
  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kabel Cross dan Straight

Banyak lulusan TI Indonesia yang kemarin di rendahkan (dilecehkan) ketika melamar pekerjaan hanya karena tidak menguasai dasar-dasar jenis per-kabelan. Berita tentang TI Indonesia yang mengecewakan ini sampai sempat membuat beberapa orang panas. Panasnya kenapa? ada yang memang tidak tau menau tapi hanya ikutan “asal ngomong” ada yang begini-begitu tapi ternyata ada saja alasannya, kenapa kita harus teriak omong kosong kalau tidak mau menerima kritik dan belajar.
Memang umum-nya lulusan TI jaman sekarang ini saya rasa belum siap untuk bekerja di bidangnya. Karena teknologi yang selalu berkembang sehingga terkadang beberapa lulusan TI ini merasa “mampu” padahal sebenarnya pemahaman dasar-nya dia tidak punya. Kurikulum yang di kembangkan kampus juga terkadang tidak relevan dengan realita yang ada di lapangan. Sehingga rasanya terkesan lebih pandai orang yang terbiasa menggunakan dan ber-eksperimen di bandingkan dengan orang yang hanya membahas teori.
Dalam artikel ini akan saya berikan sedikit penjelasan tentang jenis-jenis per-kabelan, mudah-mudahan bisa membuka wawasan dan membantu beberapa orang yang memang benar-benar BUTA.
Peralatan dan media yang di butuhkan:
  1. Kabel UTP
  2. Konektor RJ45
  3. Tang Crimping
  4. LAN Tester
  5. Gunting
Berikut diagram kabel straight:

Urutan Ujung A
  1. Putih Orange
  2. Orange
  3. Putih Hijau
  4. Biru
  5. Putih Biru
  6. Hijau
  7. Putih Coklat
  8. Coklat
Urutan Ujung B
  1. Putih Orange
  2. Orange
  3. Putih Hijau
  4. Biru
  5. Putih Biru
  6. Hijau
  7. Putih Coklat
  8. Coklat
Kegunaan:
  1. Menghubungkan PC dengan HUB/Switch.
Diagram Kabel Cross

Urutan Ujung A
  1. Putih Orange
  2. Orange
  3. Putih Hijau
  4. Biru
  5. Putih Biru
  6. Hijau
  7. Putih Coklat
  8. Coklat
Urutan Ujung B
  1. Putih Hijau
  2. Hijau
  3. Putih Orange
  4. Putih Coklat
  5. Coklat
  6. Orange
  7. Biru
  8. Putih Biru
Kegunaan:
  1. Menghubungkan PC ke PC langsung tanpa HUB/Switch.
  2. Menghubungkan HUB/Swicth dengan HUB/Switch.
Kita akan coba membuat kabel straight, pertama kupas-lah pelindung luar kabel UTP lalu atur agar lurus kabel-kabel didalamnya. Urutkan posisinya berdasarkan diagram diatas. Potong ujung kabel dengan gunting agar rata. Masukkan kedalam konektor RJ-45 lalu di crimping dengan tang crimping. Ikuti caranya untuk ujung kedua sama dengan langkah pertama. Masukkan ujung kedua kabel kedalam LAN-tester lalu periksa, jika semua lampu 1-8 terhubung maka kabel ini sudah siap kita pakai.
Untuk kabel cross juga sama seperti langkah diatas, hanya bedanya harap perhatikan salah satu ujung yang berbeda. Adapun standard per-kabelan ini yang dijaminkan adalah kurang lebh 100 meter, diatas 100 meter kemungkinan akan mengalami loss.
Jika ada yang bertanya bagaimana membedakan kabel straight dan kabel cross? Sebenarnya mudah saja, perhatikan ujung dari kedua kabel tersebut lihat diagram-nya bila yang pertama adalah putih orange lalu kedua putih orange juga sudah pasti itu kabel straight, sedangkan kabel cross salah satu ujungnya dimulai dengan putih hijau.
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kabel Cross dan Straight

Banyak lulusan TI Indonesia yang kemarin di rendahkan (dilecehkan) ketika melamar pekerjaan hanya karena tidak menguasai dasar-dasar jenis per-kabelan.Berita tentang TI Indonesia yang mengecewakan ini sampai sempat membuat beberapa orang panas. Panasnya kenapa? ada yang memang tidak tau menau tapi hanya ikutan “asal ngomong” ada yang begini-begitu tapi ternyata ada saja alasannya, kenapa kita harus teriak omong kosong kalau tidak mau menerima kritik dan belajar.
Memang umum-nya lulusan TI jaman sekarang ini saya rasa belum siap untuk bekerja di bidangnya. Karena teknologi yang selalu berkembang sehingga terkadang beberapa lulusan TI ini merasa “mampu” padahal sebenarnya pemahaman dasar-nya dia tidak punya. Kurikulum yang di kembangkan kampus juga terkadang tidak relevan dengan realita yang ada di lapangan. Sehingga rasanya terkesan lebih pandai orang yang terbiasa menggunakan dan ber-eksperimen di bandingkan dengan orang yang hanya membahas teori.
Dalam artikel ini akan saya berikan sedikit penjelasan tentang jenis-jenis per-kabelan, mudah-mudahan bisa membuka wawasan dan membantu beberapa orang yang memang benar-benar BUTA.
Peralatan dan media yang di butuhkan:
  1. Kabel UTP
  2. Konektor RJ45
  3. Tang Crimping
  4. LAN Tester
  5. Gunting
Berikut diagram kabel straight:

Urutan Ujung A
  1. Putih Orange
  2. Orange
  3. Putih Hijau
  4. Biru
  5. Putih Biru
  6. Hijau
  7. Putih Coklat
  8. Coklat
Urutan Ujung B
  1. Putih Orange
  2. Orange
  3. Putih Hijau
  4. Biru
  5. Putih Biru
  6. Hijau
  7. Putih Coklat
  8. Coklat
Kegunaan:
  1. Menghubungkan PC dengan HUB/Switch.
Diagram Kabel Cross

Urutan Ujung A
  1. Putih Orange
  2. Orange
  3. Putih Hijau
  4. Biru
  5. Putih Biru
  6. Hijau
  7. Putih Coklat
  8. Coklat
Urutan Ujung B
  1. Putih Hijau
  2. Hijau
  3. Putih Orange
  4. Putih Coklat
  5. Coklat
  6. Orange
  7. Biru
  8. Putih Biru
Kegunaan:
  1. Menghubungkan PC ke PC langsung tanpa HUB/Switch.
  2. Menghubungkan HUB/Swicth dengan HUB/Switch.
Kita akan coba membuat kabel straight, pertama kupas-lah pelindung luar kabel UTP lalu atur agar lurus kabel-kabel didalamnya. Urutkan posisinya berdasarkan diagram diatas. Potong ujung kabel dengan gunting agar rata. Masukkan kedalam konektor RJ-45 lalu di crimping dengan tang crimping. Ikuti caranya untuk ujung kedua sama dengan langkah pertama. Masukkan ujung kedua kabel kedalam LAN-tester lalu periksa, jika semua lampu 1-8 terhubung maka kabel ini sudah siap kita pakai.
Untuk kabel cross juga sama seperti langkah diatas, hanya bedanya harap perhatikan salah satu ujung yang berbeda. Adapun standard per-kabelan ini yang dijaminkan adalah kurang lebh 100 meter, diatas 100 meter kemungkinan akan mengalami loss.
Jika ada yang bertanya bagaimana membedakan kabel straight dan kabel cross? Sebenarnya mudah saja, perhatikan ujung dari kedua kabel tersebut lihat diagram-nya bila yang pertama adalah putih orange lalu kedua putih orange juga sudah pasti itu kabel straight, sedangkan kabel cross salah satu ujungnya dimulai dengan putih hijau.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS